26 Nov 2012

SATU SYAWAL



SATU SYAWAL
Parangkusumo November 2012

Kisah ini, kelak akan kita rindukan, bersama.
Diantara debur gelombang, diantara deru angin. Kita terbaring diantaranya.

Malam ini untukmu, kupersembahkan segenap abdi yang sederhana, meleburku dalam keangkuhanku sendiri, mengabdikan pada belas yang diharap, darimu
Samar, pada wajahmu yang sayu. Dibelakng rembulan tersipu pada Tanya pada gelap. Siapa aku, siapa kamu. Remang berkunang kala tatapku mengoyak kabut dan angin malam. Disana kau dengan senyum pilu. Ku menemukanmu
Percik dari laut, mengawang diterbangkan angin, menjadi kabut menjadi embun. Kau hilang bersamanya, Kau juga deru gelombang
Diantaranya kita berdiri, biarkan terbang pasir tikam kaki kita yang tak beralas

Diantaranya kita terbaring, memandang langit tak berbintang
Ya, malam itu. Lambat merambat, biarkan kita menunggu pagi

Tidurlah katamu
Bagaimana aku tidur jika kau biarkan matamu terbuka sendiri ditengah malam?.
Kau saja yang tidur
Aku tak ngantuk jawabmu
Kitapun tetap biarkan dupa sirami rongga hidung kita, tetap begitu. Diam
Entah jam berapa, malam makin dingin, mataku tak kuat. Rebahkan tubuhku diatas pasir beralas Koran. Ya, kau juga rebah sepertiku disampingku, diatas pasir beralas Koran. Biarkan angin terbangkan pasir tikam kaki kita.
Kisah tak usai….!!!

18 Jun 2012

Puisi Kiri (Malam rapuh.)



Malam rapuh.

Di remang, Kau gugurkan sunyi
diantara sedu rengek jejemari lentik
Disana, angin melukis wajahmu dijendela.
Rindu yang dibawa angin menggebu meski mencabik, menguak setiap hal yang disembunyikan malam.
Termasuk senyum rindu dari sketsa wajah yaitu wajahmu yang dilukis angin.
Bilangan ganjil malam, mengundang badai membawa amarah.
Malam tetap menggelap
Dari liang-liang, disana kau tancapkan kenangan menjadi nisan kerinduanku.
Malam rapuh
Kau tetap tak berbayang.

Rintik yang bisu
Rintik pecah dijendela, mengetuk bisu yang terkunci
Dibawanya cerita dari langit tentang gemuruh mendung yang bergelombang

MerinduMU…!