8 Des 2012

NEOPLATONISME


NEOPLATONISME

Awalan

Barangkali Plotinus-lah yang menjadi pemula pada abad pertengahan dengan membawa paham neoplatonismenya, dan plotinuslah yang meng-akhiri kejayaan filsafat yunani. Plotinus (204-270) adalah filsuf yang konon sebagai pencetus teori penciptaan alam semesta. Ia yang me-mikir teori emanasi yang terkenal itu. Teori tersebut merupakan tanggapan plotinus terhadap pertanyaan thales yang hidup kira-kira delapan abad sebelum dirinya, thales pada masa itu terpikir tentang apa bahan alam semesta ini?. Plotinus menjawab: bahannya adalah Tuhan.
Plotinos lahir pada tahun 204 M di Lykopolis di Mesir. Pada tahun 232 M ia pergi ke Alexandria untuk belajar filsafat pada Animonius Saccas selama 11 tahun. Pada usia 40 tahun ia pergi ke Roma dan meninggal di Minturnea pada 270 M di Minturnae, Campania, Italia. Plotinos mulai menulis pada usia 50 tahun dan karya-karyanya banyak terinspirasi pada filsafat Plato, terutama tentang ide tertinggi. Oleh sebab itu filsafat Plotinos ber-bau platonian yang kemudian disebut Platonisme.
Mungkin begitu sedikit tentang plotinus, sebab dalam makalah ini akan focus pada pemikirannya yang menjadi reprentasi dari jawaban plotinus diatas, yang kemudian dikenal dengan “yang Esa”.

Pengertian Neoplatonisme
Neoplatonisme terdiri dari kata Neo, Plato dan Isme. Kata Neo memiliki arti baru, sedangkan Plato merujuk pada tokoh filsuf yunani yakni plato yang dikenal dengan konsep realitas idea dalam teori filsafatnya, dan Isme memiliki arti faham atau aliran. Jadi aliran ini bertujuan menghidupkan kembali filsafatnya Plato. Namun nyatanya neoplatonisme merupakan sintesa dari semua aliran filsafat sampai saat itu, seperti aristotelianisme dan lainnya, bedanya Plato diberi tempat lebih tinggi diantara yang lain.
Seperti disebutkan tadi pada pendahuluan, bahwa sistem filsafatnya Plotinus berkisar pada konsep tentang kesatuan yang disebutnya dengan nama “Yang Esa”, dan semua yang ada berhasrat untuk kembali kepada “Yang Esa”.[1]dalam hal ini kemudian dikatan ada dua kecenderungan tentang yang “ada” menurut plotinus, yaitu: Dialektika menurun dan Dialektika menaik.
Banyak hal sebenarnya yang menjadi pokok pikirannya, diantaranya yaitu:
-          Emanasi: yang Esa bersifat sempurna, darinya keluar menjadi segala-galanya.
-          Tahap- tahap wujut: Yang Esa-Akal-Jiwa kemeduian Materi.

Pengaruh Neoplatonisme terhadap Filsafat Islam
Tidak dipungkiri lagi, Sumber  filsafat Islam adalah ajaran Islam itu sendiri,  sebagaimana terdapat dalam al-Qur’an dan Sunnah. Meskipun banyak mengandung unsur-unsur dari luar, seperti Helinisme yang marak pada masa perkembangannya.
Diantara sebab-sebab masuknya unsur-unsur filsafat yunani masuk kedalam filsafat islam itu disebabkan oleh Neoplatonisme yang cukup kuat masa itu. Hal ini terjadi ketika orang-orang Muslim menerjemahkan tulisan-tulisan dalam bahasa Suryani yang disalin ke bahasa Arab, sehingga secar tidak langsung, orang-orang muslim ter-warisi paham Neoplatonisme.
Pengaruh Neoplatonisme dalam dunia pemikiran Islam ini kemudian yang menyebabkan munculnya berbagai paham Tasauf , misalnya Ibn Sina dan lainnya. Oleh sebab neoplatonisme juga kemudian bermunculan aliran-aliran seperti Peripatetik,  Iluminasi dan lainnya.

Penutup
Sejarah Proses penerjemahan buku-buku berbahasa Yunani, Persia dan
India hanya salah satu pintu dialog peradaban masa itu, sementara tanpa proses
reproduksi, penerjemahan hanya menjadi tumpukan karya yang sudah
dialihbahasakan belaka.
Neoplatonisme, penerjemah, merupakan gerbang atas kemunculan dari filsafat islam yang sampai pada masa sekarang, terimakasih.


[1]www. neoplatonisme.htm

Matapena

Matapena
 

MIMPI



Gubuk Tua dalam Mimpi

Tiba-tiba saja aku berada dalam gubuk tua itu, melihat sekeliling tak ada apa-apa disana, hanya sebuah ember berukuran sedang disalah satu sudut ruangan.
***
Aku tak begitu ingat sejak umur berapa aku mulai bermimpi. Tiba-tiba saja mimpi menjadi hal yang biasa dalam hidup terutama dalam tidurku. Seperti sebuah film, ketika kita selesai menontonnya kita akan merasa terkesan dan kadang juga tidak, hingga kemudian lenyap beriring waktu.  Tapi sampai saat ini, mimpi tetap menjadi hal yang metafisik bagiku. Metafisik sebab mimpi “ada” namun juga misterius.
Sejak aku mengenal mimpi, sudah banyak sekali mimpi yang pernah aku alami seumur hidup ini. Mungkin ratusan atau ribuan, semuanya terlewati begitu saja. Mungkin benar kata orang mimpi itu bisa mempengaruhi kehidupan seseorang, begitu juga denganku. Mimpi kadang membuatku resah atau sebaliknya.
Tapi satu hal yang menjadi pertanyaan dalam diriku, yaitu apakah orang lain sering mengalami mimpi yang sama dan berulang-ulang dalam hidupnya?. Jawabannya mungkin ia atau mungkin juga tidak, yang jelas aku mengalami itu, yaitu bermimpi tentang mimpi yang sama, mimpi tentang Gubuk Tua, mimpi yang begitu aneh.
***
Sebuah Gubuk, hampir reot. Kusam dan sepi. Dindingnya yang agak miring terbuat dari anyaman bambu, beratap daun kelapa yang sudah memutih. Sebenarnya tidak terlalu jelas dimana lokasi gubuk itu, seperti di lereng bukit atau tepi tebing. Hanya begitu saja, entah aku berdiri diarah angin apa ketika memandangnya. Begitulah kira-kira yang terlihat dalam mimpiku. Selalu
Hingga malam tadi, Tiba-tiba saja aku berada dalam gubuk itu, (entah bagaimana aku tahu sedang berada didalamnya), melihat sekeliling tak ada apa-apa disana, hanya sebuah ember berukuran sedang disalah satu sudut ruangan. Sebuah pintu yang tak begitu jelas, seakan tak ada kehidupan didalamnya.
Mimpi semalam inilah kemudian yang membuatku resah, entah mengapa sebangunku dari tidur, hati terasa pilu menjadi. “Mudah-mudahan nanti malam dan malam berikutnya aku tak bermimpi berada didalam gubuk itu” harapku.
***
Teringat kata nenekku saat aku menceritakan soal mimpiku waktu masih kecil “bermimpi melihat kera itu berarti ada kekuatan jahat yang mengintai kita. Jadi jika kamu bermimpi melihat kera, berarti ada orang yang ingin mencelakaimu”.
Aku jadi teringat tentang martini tetangga sebelah rumahku yang menceritakan mimpinya pada nenek beberapa tahun yang lalu, “nek, tadi malam aku bermimpi sedang dikejar seekor kera dan dia menggigitku, apa artinya itu nek?”
Saat itu nenek hanya menyarankan martini untuk menyiram air pada sekujur tubuhnya dan menyiram air kencing di depan rumahnya.
Dan besoknya, pagi-pagi sekali esung ibu martini teriak-teriak sambil menangis. “apa salah anakku? Siapa yang tega berbuat seperti ini?”
Semua tetangga mulai berdatangan kerumah sung, termasuk juga nenek dan aku. Di lantai yang hanya beralaskan tikar yang di anyam dari daun pandan itu, martini hanya bisa menangis menahan sakit pada perutnya yang kembung. Saat itu aku belum tahu mengapa martini perutnya kembung seperti bola basket.
“sudah terlambat” tutur nenek diantara kerumunan itu.
Konon menurut cerita orang-orang, martini telah disihir oleh si anu. Sebab ini dan itu, entah bagai mana mereka jadi lebih tahu tentang apa yang ditimpa martini. Cerita-cerita berikutnya juga semakin heboh dan berkembang. Ada yang bilang bahwa martini tidak mau menikahi anak si anu sehingga si anu mencari orang pintar untuk menyihirnya.
Tapi, bagai mana dengan mimpiku nek?, tanyaku pada nenek yang selalu menjahit kain itu. (entah, nenek emang begitu, selalu saja ada yang dijahit).
Perempuan tua ini selalu begitu ketika ditanya tentang mimpiku, tentang gubuk tua dilereng bukit. Diam dan kemudian bersaran. “jaka sikap kamu, jangan sembarangan berbicara dengan orang, mulut itu lebih tajam dan halus dari jarum”. Ah, dasar emang nenek penjahit.
Jawaban perempuan tua ini jelas bukan tafsir mimpi, tapi jelas juga apa makna saran darinya. Mimpi tentang gubuk tua yang selalu menghampiri tidurku pertanda tidak baik. Entahlah, tiba-tiba aku harus percaya dan mengikuti saran darinya, toh itu bukan saran yang jelek.
***
Begitulah hampir setiap malamku, mimpi ini selalu datang bagai kekasih mengelus tidur, bersama gelisah, dan kekhawatiranku tentang hal-hal yang tak kuingin.


26 Nov 2012

SATU SYAWAL



SATU SYAWAL
Parangkusumo November 2012

Kisah ini, kelak akan kita rindukan, bersama.
Diantara debur gelombang, diantara deru angin. Kita terbaring diantaranya.

Malam ini untukmu, kupersembahkan segenap abdi yang sederhana, meleburku dalam keangkuhanku sendiri, mengabdikan pada belas yang diharap, darimu
Samar, pada wajahmu yang sayu. Dibelakng rembulan tersipu pada Tanya pada gelap. Siapa aku, siapa kamu. Remang berkunang kala tatapku mengoyak kabut dan angin malam. Disana kau dengan senyum pilu. Ku menemukanmu
Percik dari laut, mengawang diterbangkan angin, menjadi kabut menjadi embun. Kau hilang bersamanya, Kau juga deru gelombang
Diantaranya kita berdiri, biarkan terbang pasir tikam kaki kita yang tak beralas

Diantaranya kita terbaring, memandang langit tak berbintang
Ya, malam itu. Lambat merambat, biarkan kita menunggu pagi

Tidurlah katamu
Bagaimana aku tidur jika kau biarkan matamu terbuka sendiri ditengah malam?.
Kau saja yang tidur
Aku tak ngantuk jawabmu
Kitapun tetap biarkan dupa sirami rongga hidung kita, tetap begitu. Diam
Entah jam berapa, malam makin dingin, mataku tak kuat. Rebahkan tubuhku diatas pasir beralas Koran. Ya, kau juga rebah sepertiku disampingku, diatas pasir beralas Koran. Biarkan angin terbangkan pasir tikam kaki kita.
Kisah tak usai….!!!

18 Jun 2012

Puisi Kiri (Malam rapuh.)



Malam rapuh.

Di remang, Kau gugurkan sunyi
diantara sedu rengek jejemari lentik
Disana, angin melukis wajahmu dijendela.
Rindu yang dibawa angin menggebu meski mencabik, menguak setiap hal yang disembunyikan malam.
Termasuk senyum rindu dari sketsa wajah yaitu wajahmu yang dilukis angin.
Bilangan ganjil malam, mengundang badai membawa amarah.
Malam tetap menggelap
Dari liang-liang, disana kau tancapkan kenangan menjadi nisan kerinduanku.
Malam rapuh
Kau tetap tak berbayang.

Rintik yang bisu
Rintik pecah dijendela, mengetuk bisu yang terkunci
Dibawanya cerita dari langit tentang gemuruh mendung yang bergelombang

MerinduMU…!

20 Feb 2012

JACQUES DERRIDA


 JACQUES DERRIDA

Pendahuluan
            Seperti biasa, seorang filosof melengkapi kisah hidupnya dengan penuh kontroversi. Begitu juga halnya dengan Derrida, filosof perancis yang terkenal dengan “Dekontruksi”nya ini cukup bisa memancing emosi yang cukup kuat dikalangan orang-orang yang pernah membaca pemikirannya, ataupun terhadap orang yang hanya mendengar perihal Dekontruksinya. Bagaimana tidak, jika dikatan bahwa dekontruksi merupakan metode yang bukan metode, dan dikatakan bahwa dekontruksi merupakan metode taktis yang dalam prosesnya bisa membongkar tulisan dan mengurai kembali tulisan yang sudah mapan.
            Tak luput dari kritiknya adalah modernisme, sehingga derrida bisa dikatakan merupakan salah satu orang yang menjadi pengantar dari modernisme ke- postmodernisme. Ini jelas terlihat dari sikapnya yang begitu semangat menyerang metafisika modernisme atau logosentrisme yang menjadi ciri atau corak pemikiran di era modernisme.
            Begitulah kiranya derrida, kritiknya yang begitu tajam sampai kepada ranah epistemologi modern, hingga bagaimana dia mengkritik metafisika kehadiran, lalu kritiknya terhadap logosentrisme. Melalui dekontruksinya, kita akan mencoba mengulas lebih lebar beberapa pandangan dan pemikirannya di halaman-halaman berikutnya.
Bigrafi
            Jacques Derrida adalah seorang yahudi Aljazair, lahir pada tanggal 15 Juli 1930 di El- Biar, salah satu wilayah terpencil di Aljazair.[1] Dan kemudian pindah ke Perancis untuk melanjutkan studinya pada tahun 1949, setelah dua tahun kemudian ia pulang ke kampung halamannya di Al-Jazair guna memenuhi kewajiban militernya. Baru kemudian pada 1952 derrida kembali ke perancis dan resmi belajar di ENS (Ecole Normal Superiuere). Derrida kemudian melanjutkan studinya di Husserl Archive, setelah sarjana ia mengajar di pusat kajian fenomenologi itu.
            Beberapa karyanya dalam bidang kefilsafatan diantaranya yaitu, sebuah manuskrip yang berjudul The Problem Of Genesis in Husserl’s Phenomenology, kemudian Of Grammatology (buku yang konon menjadi karya derrida yang begitu terkenal), Writing and Difference, dan Speech and Phenomena yang diterbitkannya Pada 1967, dan beberapa karya lainnyanya yang kebanyakan merupakan komentar atas pemikir-pemikir yang kemudian mempengaruhinya.
            Diantara para pemikir yang mempengaruhinya yaitu Heidegger, Nietzsche, Adorno, Levinas, Husserl, Freud, dan Saussure. Seperti yang dikatakan derrida bahwa pemikirannya sangat berutang budi kepada para pemikir diatas.[2]

Cukup sulit mengetahui secara detil biografi filosof yang wafat pada 8 oktober 2004 di Perancis ini, seperti yang derrida katakan. “Haruskah seorang filsuf menulis biografi?[3]” oleh sebab derrida tidak pernah menulis biografi tentang dirinya, maka tak ada yang lebih penting untuk dibahas dari sosok derrida selain pemikirannya, yakni Dekontruksi.
Derrida dan Pemikirannya
            Untuk memahami pemikiran derrida, setidaknya kita pahami dulu latar belakang pemikiran dan kritik-kritiknya. Seperti para filosof atau pemikir lainnya, corak pemikiran seorang filosof tidak akan bisa lepas dari ruang lingkup kehidupan atau orang yang dekat dengan dirinya, begitu halnya dengan derrida. Derrida mengakui sendiri bahwa dirinya terpengaruh oleh pemikiran Heidegger dalam hal mengkritik filsafat barat, ini terlihat dari kesepakatannya dengan Heidegger yang mengkritik filsafat barat yang hanya sibuk membicarakan dan memikirkan tentang benda yang ada sehingga lupa terhadap “ada” itu sendiri.
            Searah dengan Heidegger, Derrida juga mengajukan kritiknya terhadap pemikiran barat yang tradisional namun lebih radikal. Baginya pemikiran barat tradisional hanya sibuk dengan prinsip-prinsip yang menghasilkan istillah-istilah sebegitu banyaknya. Menurut derrida, pemikiran barat sangat dipengaruhi oleh metafisika kehadiran atau logosentrisme, dimana konsep atau teori dianggap telah mampu mengungkap atau menghadirkan being, mereka beranggapan, dengan berhasil menjelaskan konsep-konsep tersebut, maka mereka telah menguasai realitas. Padahal bagi derrida, tidak cukup sebatas itu. Sebab baginya, teks, kata, atau konsep tidak bisa menghadirkan “ada”. Semua itu hanya sebuah jejak atau bekas dari “ada”. Sebagaimana “bekas” (trace), ia akan hilang apabila datang bekas baru.
             Hal ini pula yang meresahkan derrida, bentuk pemikiran barat yang ia sebut dengan logosentrisme, dimana logosentrisme telah menjangkiti filsafat barat pada masa itu. Logosentrisme merupakan paham yang mengimpikan adanya kebenaran tunggal, sesuatu yang transenden yang ada diluar teks. Sesuatu yang berdiri di luar dan bersifat ilahiyah. Hal inilah bagi derrida yang membentuk sistem metafisika barat yang berbasis pada kehadiran seperti yang telah dijelaskan tadi diatas.
            Seperti yang dinyatakan derrida bahwa “tidak ada apa-apa diluar teks”, baginya teks seharusnya dipahami sebagaimana teks itu sendiri, sehingga tidak ada pengurungan terhadap makna yang terkandung didalam teks. Derrida memberikan kebebasan dalam memaknai sebuah teks, sebab kebenaran bagi derrida tidak bersifat monoton seperti yang kita pahami selama ini, yakni teks hanya sebatas pemahaman dominan saja. Padahal bagi derrida, masih ada makna atau kebenaran yang sering atau sengaja dihilangkan dari memahami sebuah teks. Selama ini, kebenaran atau pemaknaan terhadap teks hanya tergantung kepada kepentingan si pengarang atau si pembaca teks. Sehingga baginya hal ini cukup berbahaya.
Dekontruksi
            Dekontruksi derrida merupakan metode yang katanya melampau metode itu sendiri, oleh sebab dekontruksi merupakan anti metode, mungkin oleh sebab itu pula derrida tidak pernah merincikan tentang pemikirannya ini. Meskipun begitu, dekontruksi derrida masih bisa dicerna melalui beberapa karyanya, sebab teori ini tidak didefinisikan melainkan menyerupai proses yang ada dalam teks itu sendiri.
            Dekontruksi tidak dapat diharapkan menjadi sebuah alat untuk mencapai sebuah penafsiran tertentu, sebab dekontruksi hanya permainan terhadap kata-kata atau dekontruksi adalah sebuah istilah dalam mempertanyakan kembali suatu teks dengan menunda pemahaman awal guna mencari sebuah pemahaman yang tersembunyi yang lebih luas.
            Gampangnya, dekontruksi berkeinginan membongkan sebuah dominasi teks atau bahasa dan sebagainya, pembongkaran ini menusuk hingga ranah epistemologinya, masuk kedalam hal-hal yang bersifat dasar atau pondasi, pusat dan kemudian dibalik menjadi pinggir, begitulah dekontruksi. Sebuah permainan serius yang digagas oleh derrida dalam membongkar epistemologi barat.
            Kira-kira seperti itu pandangan tentang dekontruksi, dimana pada prosesnya, dekontruksi membongkar sebuah teks, dan membaginya menjadi kalimat-kalimat semula yang lebih bersifat  metaforis agar menemukan karakternya semulai sebagaimana adanya. Sebaba bagi derrida, teks atau bahasa bersifat polisemi dan ambigu, jika sebuah bahasa atau teks sudah berada pada posisinya semula, yaitu bersifat polisemi dan ambigu. Maka filsafat tidak punya alasan lagi bernegosiasi dalam mencari kebenaran.
Kesimpulan
            Pemikiran derrida bagaimanapun juga bukanlah sesuatu yang mudah untuk dipahami, seperti halnya dekontruksi yang ia gagas. Derrida beranggapan bahwa metafisika dan epistemologi barat selama ini di dominasi oleh logosentrisme dan metafisika kehadiran. Hal ini akan bahaya bagi filsafat sebab akan berdampak terhadap pemikiran yang dualis dan kaku. Dengan tawaran dekontruksinya, derrida berpikiran akan menghasilkan kebenaran yang plural, unik dan relatif. Namun bagi penulis sendiri, gagasan derrida ini seakan-akan mengarah pada satu hal, yakni nihilisme, terlepas dari itu semua. Tetap saja pembaca akan bisa medekontruksi semua anggapan yang saya pahami dalam makalah ini, selamat diskusi.



[1] Diambil dari wikipedia
[2] Muhammad Al-Fayyadl, Derrida, Lkis 2005.
[3] Muhammad Al-Fayyadl, Derrida, Lkis 2005.